FGD oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Morowali: Miniatur Indonesia dalam Melestarikan Kekayaan Budaya

  • Jul 30, 2024
  • Admin
  • Event

Morowali, 30 Juli 2024 – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Morowali, bekerja sama dengan Dewan Kebudayaan Kabupaten Morowali, menggelar acara Forum Grup Diskusi (FGD) untuk pemutakhiran Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) di Kecamatan Witaponda dan Kecamatan Bumi Raya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun pokok pikiran kebudayaan dengan melibatkan tokoh masyarakat, kepala desa, dan tokoh adat yang memiliki kompetensi dan kredibilitas dalam Objek Pemajuan Kebudayaan di Kabupaten Morowali.

Sekretaris Camat (Sekcam) Witaponda, Sandra Basrun, S.T, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kegiatan ini untuk melestarikan budaya Indonesia. Ia menekankan bahwa kegiatan serupa juga diadakan di luar Pulau Jawa dengan nama yang berbeda, dan tujuan utamanya adalah memberikan pedoman kepada generasi muda dalam melestarikan budaya. Ia sangat berterima kasih dengan adanya kegiatan ini.

"Melalui kegiatan ini, kita bersama-sama mengurai langkah untuk melestarikan budaya Indonesia. Ini akan menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam memberikan pedoman kepada generasi muda," ujar Sandra Basrun.

Nursia Hafid, S.H. MM, dari Dewan Kebudayaan Kabupaten Morowali, menjelaskan bahwa amanat UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan terdiri dari 11 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK). Isi dari PPKD mencakup bahasa, tradisi lisan, kesenian, makanan tradisional, cagar budaya, ritus, olahraga tradisional, permainan, dan lain-lain.

"Kami bersama tim dari Dinas Pendidikan, Dewan Adat, Dewan Kebudayaan, dan Tim Ahli Cagar Budaya turun di 9 kecamatan dalam rangka mengumpulkan data untuk mengupdate isi PPKD yang telah disusun pada tahun 2022. Ini akan menjadi patron dan pondasi dalam pemajuan, pengembangan, dan pelestarian budaya kita," jelas Nursia Hafid.

Rafiudin Tengko, S.H, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TABC) Morowali, memberikan pemaparan materi tentang pentingnya kolaborasi dan dukungan dari pimpinan yang terpilih nantinya dalam penganggaran dan prioritas budaya di tingkat desa.

"Kita berkolaborasi dengan keyakinan bahwa ke depan, pimpinan yang terpilih akan mendukung persoalan budaya ini. Penganggaran untuk budaya di tingkat desa bisa dimasukkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) desa, sehingga program pembangunan jangka panjang di setiap desa dapat terus berjalan," ujar Rafiudin Tengko.

Acara FGD ini diharapkan dapat menghasilkan pokok pikiran kebudayaan yang komprehensif dan representatif, sehingga dapat mendukung pengembangan dan pelestarian budaya di Kabupaten Morowali secara berkelanjutan.

Nursia Hafid juga mengajak para kepala desa untuk tidak hanya fokus pada pengajuan proposal terkait pembangunan fisik, tetapi juga memikirkan kebutuhan alat musik atau kebudayaan lainnya yang dapat didaftarkan ke dinas untuk pengembangan budaya di Morowali.

"Kami mengajak para kepala desa untuk tidak hanya mengajukan proposal terkait pembangunan fisik, tetapi juga memikirkan budaya kita. Ajukan kebutuhan alat musik atau kebudayaan lainnya yang dapat didaftarkan ke dinas untuk pengembangan budaya di Morowali," tambah Nursia Hafid.

Morowali, yang dikenal sebagai miniatur Indonesia, memiliki keunikan tersendiri dengan keberagaman suku yang hampir semuanya ada di wilayah ini. Keberagaman ini mencerminkan kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan, menjadikan Morowali sebagai cerminan Indonesia yang sesungguhnya. Dengan adanya kegiatan FGD ini, diharapkan masyarakat Kabupaten Morowali dapat lebih sadar akan pentingnya melestarikan dan mengembangkan kebudayaan lokal demi masa depan yang lebih baik.